Setitik, lalu dua titik
Menetes perlahan dari muara berharga
Mereka terus bergulir
Tak peduli nafas semakin sempit
Kehangatannya mendesak agar terus mengikuti
Hingga sang muara menjadi mati rasa
Dan terhimpit, lama-lama menjadi pasif
Kemudian akhirnya lenyap
Meninggalkan jejak yang tampak
Sekitarnya menjadi lekat
Lalu akan terkikis
Selanjutnya, menyisakan letih
"Itulah aku ketika menangis karena merindukanmu"
No comments:
Post a Comment