menemuimu di pintu jenuh
sempat kukira sebuah pertanda
entah perihal apa kian mengerdil
kau berujar paksa
terkeluh
mungkin segera karam di tepi mendung
langit tempat pertemuan kita
kukira akan sirna
tersebab kelopaknya
meluruh bersama rintik
yang jatuh tepat di pipiku
ucapkan salam
terkunjung pada larut nan pekat
siksa rindu telah memahat luka
cepatcepat aku pulang
lalu bersandar di dadamu
malam yang hening
isakku memecah sepi
dan bulan mengerling iba
namun kau tetap tak ingin singgah
pelanpelan aku akan lenyap
dan karam
(Desember - 2011)
No comments:
Post a Comment