Friday, August 31, 2012

kata kebab kepada donat

ini masih aku, nat
terdahulu hanya membuat letih
aku pulang dari kalian
tempat beranjak yang bersinar
ini kuas milikku
simpan baik-baik
biarlah aku menjadi kusam

***

ini masih aku, nat
cawan petri milikku masih kosong
barusan kutumpah dalam wastafel
tunggu sebentar,
aku lupa menyungkup lilin
terlanjur kukepingkan ia
menjadi amorf-amorf kecil nan mengkilap

***

ini masih aku, nat
dengan mata menutup sebelah
lingkarkan dua jemari
sepakati candaan kita
dan kantongi segenggam tawa
terbahak-bahak
aku menyerah sudah

***

ini masih aku, nat
meski kau ganti pijakan
menarik kalimat ironi di lidahku
benak yang terlalu merendah
demi sebuah aku, di pengakuanmu
aku kehilanganmu, nat
mungkin telah pudar

"ini masih aku, nat. aku rindu kita"

Wednesday, August 29, 2012

my mood today


ketika itu ...

ketika sepasang kaki mengenang jejak yang tertinggal di bangku taman
ketika angin mencumbu mesra ranting-ranting tak berdaya
ketika sudah bukan senja lagi yang kerap dinanti maghrib
ketika yang tersurat justru sulit untuk diterjemahkan
ketika benih-benih tumbuh tanpa melukai gersang
ketika hening merangkul kebisingan lalu lalang
ketika belenggu ciptakan jarak disamping kita
ketika peribahasa menjenguk ucapan kosong

ketika itu ...
separuhku alpha, dibawa pergi olehmu.



(Adinda Retna Pradini, 2012)

Thursday, August 23, 2012

waktu mendewasakan kita


masih saja berpikir, aku telah kehilanganmu.
pun langkah demi langkah menghapuskan sunyi.
aku masih berpikir, kau tidak akan kembali.
yang masih belum kupahami bahwa waktu telah mendewasakan kita.

aku sangat merindukanmu, sahabatku.

beberapa kali


beberapa kali kuputuskan untuk menggulung langit
menggilas bintang sesebaran beserta kemilau sabit
tak peduli meski aku dikoyak taring hujan, meski sakit
ruang jiwa yang kau tawarkan, hanya buat nafasku menyempit

beberapa kali aku sempat mengubur harapan
dengan takdir di pelukan, kenyataan pahit dalam genggaman
meski seringkali aku direnggam kesunyian
relung yang kian menepis satu per satu kepastian

beberapa kali aku ingin menyerah begitu saja
menanggalkan separuh mimpiku pada langit yang merona
hampir terpaut habis oleh frasa sedemikian rupa
kan kupersilakan pagi merenggut asa yang kupunya

Tuesday, August 21, 2012

sajak perpisahan

kian menepi
terkikis masa lalu
akibat ketaksanggupan
himpun sebait luka tersirat
pada puisi perpisahan
dan berseteru
di balik patahan asa
kian memudarkan
jejak keberangkatan
dan tak temui ujung sesudahnya

petang berhembus kabar
katamu hujan tak segan bertandang kemari
kalau saja aku membenci senja
sudah kupulangkan ia sesegera
sambil tengadahkan ragu diatasnya

kian senyap
sesaat karib leluasa singgah
di bilik mata yang lunar
takkupadamkan temaram lilinmu
hingga sore
masih saja abu-abu
dirajut jemari mendung
kian hengkang dari ragaku
jiwa kita yang sebelumnya satu
aku dan kamu

sesembab embun di pipi ranting
yang tertahan pilu dalam rongganya
rumahmu tak lagi aku
pijakmu tak lagi duniaku
di penghujung nisan tua
kusematkan sebuah kalimat:
"kukira kau teman selamanya"

Thursday, August 16, 2012

pundi waktu kebersamaan kita

pundi-pundi waktu yang pernah kita jaga, yang kita peluk agar tak seorangpun mencuri waktu kita, waktu bersama kita. masih ingatkah kau?

di belantara kenyataan yang masih setia dengan kesakitan-kesakitan, kita berjanji akan senantiasa merengkuh senja dengan jemari kita yang saling menggenggam. masih ingatkah kau?

puncak keresahan di ujung kelopak mata yang kaubiaskan, mengaliri lekuk rerona pipimu yang buncah, kita saling menguatkan. masih ingatkah kau?

memilin gerimis sendu seolah kita adalah titisan bianglala. tak peduli apakah itu milikku, milikmu, milik kita. yang kuingat, kita terhanyut dalam suasana bahagia. masih ingatkah kau?

*
rupa-rupa gerimis sendu, wajahmu. kini terlukis pelangi disekilas senyummu. kita gumamkan syair senja, kesukaanmu. cokelat oranye yang manis, seperti secangkir teh yang kuseduh pagi ini.

bagiku, kawan. kebersamaan abadi akan selalu melekat dalam memori. aku, dia dan kamu, persahabatan manis yang tetap akan selalu kusyukuri kala tawamu tak lagi tercipta sebab kami. :)