Monday, November 28, 2011

Talkshow Nasional Quo Vadis Kebebasan Pers di Indonesia

Senin, 28 November 2011 diadakan sebuah Seminar Nasional bertemakan "Talkshow Nasional Quo Vadis Kebebasan Pers di Indonesia" bertempat di Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Jujur sih, sebenernya aku iseng ikutan seminar ini. Soalnya semenjak jadi mahasiswa baru tahun 2011 ini aku belum nabung SKP dari seminar sama sekali. Lagian juga hari Senin ini kuliahnya cuma satu mata kuliah aja, jam 7 sampai jam 9 pagi. Niat awalnya sih ikut seminar tapi tetep ikut kuliah jam pertama ehhh ternyata bangunku jam 6.30 pagi -___-.

Berhubung udah kepalang tanggung aku terusin aja tidurnya :p. Jam 8.30 pagi aku berangkat ke Kampus B. Disana aku nggak sendirian, ada teman tapi mesraku juga ikutan seminar ini. Si Nia udah standby disebelah pos satpam nungguin aku sejak jam 8 pagi. Rajin banget sih makhluk ini. Dengan ngomel-ngomel dia jelasin tentang kerajinan yang dia ciptakan kalo udah nungguin aku dari tadi kayak anak ilang di belakang pos satpam. Langsung capcus ke parkiran FH. Awalnya clingak-clinguk, ini mana ada tanda-tanda kalo ada seminar? Kok sepi banget -____-. Udah tau kesasar, malah gengsi buat nanya. Alhasil kami naik turun tangga 2 kali, udah gitu diliatin sama anak-anak FH yang duduk di deket tangga. Mungkin dalam batin mereka "mbak-mbak ini kayaknya perlu ditunjukin mana jalan yang benar, agar mereka cepat kembali ke jalan yang lurus".

Setelah naik lantai 2, turun lagi ke lantai 1, trus dengan wajah lugu dan polos, aku nanya mbak-mbak yang pake jas Almamater. "misi...mbak punya obeng gak??". Eh bukan mau gombal ding, tapi nanyain tempat seminarnya dimana -__-. Trus mbaknya jawab : "ummm..kasih tau nggak yaa..". *kemudian hening*

Di lantai 3 inilah Seminar Nasional diselenggarakan. Disambut dengan karpet merah dan ribuan penonton yang bersorak-sorai di pinggir garis polisi, berasa mendadak jadi artis Bollywood. Sebelum masuk ruangan seminar, registrasi dulu. Setelah itu diantarkan mbaknya menuju tempat duduk peserta seminar. Sumpah ya, elit banget seminar ini. Soalnya cuma menerima pendaftaran sekitar 50an lebih peserta. Jadi, lebih efisien dibandingkan seminar di Auditorium yang mengundang 1000an peserta.

Seminar ini mengundang 3 tokoh pembicara, yang pertama: Anggota komisi I DPR-RI, Hendrayana S.H (Dir. Eksekutif LBH Pers Jakarta), Ketua Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI). Di seminar ini ada Guest Starnya loh, penampilan dari Icha Idol yang merupakan seorang Mahasiswi FISIP Unair jurusan Ilmu Politik Seminar dibuka dengan penampilan dari mbak Icha Idol yang menyanyikan sebuah lagu dari Christian Bautista yang berjudul "Goyang Gayung". hehehe maksudnya lagu yang berjudul "The Way You Look At Me". Langsung saja ya..Dalam seminar ini membahas tentang kebebasan Pers dilihat dari berbagai sisi. Menurut Pak Wina (Anggota komisi I DPR-RI) bahwa Kebebasan Pers seharusnya diubah menjadi Kemerdekaan Pers, karena bertautan dengan kata "kemerdekaan" yang tercantum dalam pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945. Bapak Wina berpendapat, bahwa semua orang bisa menjadi wartawan, tetapi tidak semua yang memiliki kompetensi khusus di bidang jurnalis. Selama Pers bisa tunduk dan patuh terhadap UU Pers, maka Pers tidak bisa disalahkan oleh siapapun. UU Pers, menurut beliau adalah UU yang paling unik, karena UU Pers menutup pintu untuk dikeluarkannya perubahan atau amandemen dari pemerintah.

Sedangkan menurut Dir. Eksekutif LBH Pers Jakarta, Pers bertugas untuk melaksanakan fungsi untuk kepentingan publik. Memberikan informasi kepada masyarakat seputar sisi lain dari dunia. Namun selama ini, banyak sekali hambatan dan ancaman yang dirasakan oleh pihak pelaksana Pers, misalnya kriminalisasi, masih berlakunya pencemaran nama baik di Indonesia dengan menyinggung kasus Ibu Prita. Politik Hukum Pemerintah tidak dibuat untuk akses masuk masyarakat terhadap informasi sekitar justru malah untuk membuat masyarakat takut karena istilahnya ide dan gagasan mereka dipenjara oleh aturan tersebut.

Fasilitas Seminar: Snack and Seminar kit
Untuk narasumber yang ketiga, Ketua Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Bapak Anton menegaskan bahwa media boleh berkembang dan setiap orang boleh menciptakan sebuah media. Tapi sayangnya media massa kini lebih sering digunakan untuk penyelewengan dan pemerasan. Bapak Anton juga sepakat dengan Bapak Wina  tentang "Kemerdekaan Pers". Kasus pembunuhan Pers di Indonesia yang terjadi beberapa waktu menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak aman untuk Pers.

Kemudian, moderator dari Seminar ini yaitu R.M Armaya Mangkunegara memberikan pertanyaan untuk ketiga narasumber yaitu "Pers yang ideal itu seperti apa?". Dimulai dari Pak Wina yang menjawab bahwa Pers yang ideal itu harus dilihat dari negara yang seperti apa yang dimaksudkan. Pers yang ideal itu memiliki parameter lebih dari 1, yaitu Pers harus kembali ke:
1. Peranan hukum di pasal 6
2. Historical
Sejak dulu Historical termasuk unsur penting dalam mendirikan suatu negara. Sebagian besar pejuang Bangsa Indonesia dulunya adalah seorang jurnalis. Karena Pers di indonesia terbagi menjadi 2 bagian, Pers kooperatif dan non-kooperatif. Pers yang kooperatif berarti menginginkan Indonesia merdeka. Lalu Pak Wina sedikit menceritakan tentang kejadian sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia yang berkaitan dengan Pers.




Pak Wina menambahkan bahwa "Pers adalah pejuang bagi Indonesia" di dalam setiap darah Pers harus mengandung semangat perjuangan. Istilahnya "Pers berani dengan siapa saja", dengan polisi, pejabat, bahkan presiden pun mereka tidak takut. Pers hanya takut terhadap 2 hal, yang pertama takut kepada Tuhan, yang kedua takut kepada Majikan. Kemudian terdengar gelak tawa dari penonton menanggapi opini terakhir dari Pak Wina.

Menurut Dir.Eksekutif LBH Jakarta, Pers ideal itu berdasarkan dengan kode etik, yaitu Pers yang menjunjung tinggi kepentingan publik. Bukan Pers yang tunduk pada  kepentingan elit politik, modal, dan kekuasaan. Karena penilaian Pers itu bukan dari penguasa, melainkan dari publik. Kebenaran Pers meliputi 2 hal, yaitu Kebenaran Jurnalistik dan Kebenaran Hukum. Kebenaran Jurnalistik terletak pada narasumber sedangkan Kebenaran Hukum terbukti nanti ketika sudah berada di meja pengadilan.

Yang terakhir, Pak Anton berpendapat bahwa Pers yang ideal itu ada perlindungan Hukum. Media massa harus meyakinkan Jurnalis bahwa mereka mempunyai jaminan sosial. Media massa harus memiliki kemampuan finansial untuk membayar jurnalisnya.

Kemudian tepat pukul 11.00 WIB, istirahat sejenak untuk menyaksikan penampilan dari Icha Idol yang menyanyikan lagu berjudul "Everybody Knew". Cuuuuuuaaaannntiiik banget mbak yang satu ini :D, suaranya enak lagi. Tapi sayangnya tadi nggak bisa motret, soalnya tempat dudukku jauh sama tempat mbak Icha nyanyi, tapi asli orangnya cuantiiiiiik bangett. 11-12 lah sama aku u.u

Lalu lanjut ke sesi tanya jawab oleh peserta. Didapatkan 6 penanya yang kesemuanya adalah mahasiswa Fakultas Hukum -____-. Yaiyalaaaah tiap hari makanannya gituan. Mulai sesi ini, aku udah nggak seberapa merhatiin seminarnya, malah sibuk twitteran. Tapi sempet nyatet 3 pertanyaan sih...
1. Bagaimana perlindungan terhadap jurnalis yang bekerja di daerah konfik?
2. Bagaimana menyelaraskan hubungan antara serikat kerja dengan Pers?
3. Sejauh mana kontrol yang dilakukan oleh Kebijakan Pers?
4. Kapan seminar ini berakhir? (pertanyaan asli dari lubuk hatiku u.u)

Ketiga narasumber pun menjawab semua pertanyaan dari peserta seminar. Setelah itu acara selesai dan dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata oleh panitia penyelenggara Seminar yaitu Forsam (Forum Studi dan Advokasi Mahasiswa) FH Unair kepada ketiga Narasumber dan moderator. Oh iya, tadi sempat hadir perwakilan dari Dirut PLN Surabaya dan sempat juga memberikan sambutan kepada peserta seminar. Secara resmi, acara ditutup jam 13.00 WIB.

Whoaaaaa dapet banyak pengetahuan baru tentang dunia yang tak pernah sama sekali ada di pikiranku :)))
Thanks buat FH UNAIR especially FORSAM yang udah menyelenggarakan seminar ini :*
Thanks Rangga Ardi Angriawan yang udah menjarkomkan adanya Seminar ini :*
Thanks so much Fitnur Niatul Aini udah nemenin aku ikut seminar ini dan seharian muter-muter Delta :*

*faumsiga*

Pada pelupuk kisah yang masih hangat.
Di tempat ini.
Tersimpan sebuah melodi.
Nadanada mengalun lirih.
Membungkam apa yang tersirat.
Untuk kata yang tak sempat terucap.

Terbayang enam bulan silam.
Mengejar kepastian tak runtut.
Ditemani secangkir kopi hitam.
Suguhan hangat untuk sore yang beku.
Melepas dahagaku secara paksa.
Lalu berkenang diri lewat ingatan.
Luruh dan menggenangi syairku.

Dalam lamunan yang makin rapuh.
Secarik harapan masih tersimpuh.
Semoga cahaya itu tak lapuk.
Meski senja bergegas menjemput.
Perempuan lembut bermata teduh.

Aku hirup dalamdalam.
Dustamu yang menjejali atmosferku.
Hingga aromanya memperingatkan tubuhku.
Dan menusuknusuk sisa memoar luka.

Meski kopimu tak sepahit kenanganku.
Kau tetap saja mengujar pahit.
Tentu, seteguk kepekatan bubuk hitam menggelora bersama lidahmu...
...yang pahit.

*tentang sebuah tempat pahit bersama kenangan yang tak kalah pahitnya*
note: *faumsiga* adalah kependekan dari nama sebuah tempat


(November - 2011)

Friday, November 25, 2011

Hingga Aku Berkarat!!



tubuh-tubuh berlumur dusta, tersingkap waktu akibat gemuruh hujan
tangan-tangan mengais iba, siap menghantam tiap keluh yang terucap
mata-mata menyorot tajam, dengan peluru menjuntai di sekeliling kita
kaki-kaki menapak terjal, sempat terpukau di sudut cercaan yang membahana


Dan betapa sukarnya mengakhiri malam dengan jutaan emosi yang terus menggaung di telingaku. Hingga aku berkarat!!

(November - 2011)

Thursday, November 24, 2011

Ketika bertemu dengan orang yang salah ..

Tidak ada suatu kesia-siaan yang berarti. Termasuk saat kita bertemu dengan orang yang salah di hidup ini. Bayangkan, jika selama ini kita hanya merasakan manisnya hidup tanpa mencicipi setetespun kesakitan yang kita perbuat sendiri. Alangkah hambarnya hidup. Dan terkadang rasa menyesal itu tak kunjung hilang ketika kesakitan itu harus kita rasakan sendiri. Bahkan ketika kita harus bertemu dengan orang yang salah, rasa benci terhadapnya akan selalu terasa. Tapi dibalik kesakitan itu selalu ada kebahagiaan....

Terima kasih untuk kehadiran orang-orang yang salah di hidupku, berkat kalian aku bisa bertemu dan mengenal teman-teman hebat yang saat ini masih menjadi sahabatku :)

(November - 2011)

Saturday, November 12, 2011

Rasanya Ingin Mengeluh

Hampir ditertawakan oleh malam, lututku menahan letih. Ah, padahal biasanya aku yang menertawakan malam. Bersamanya, sahabatku tercinta :)*
Rasanya ingin menukar lututku dengan lutut meja, atau dengan lutut besi nan kuat dengan segala timpaan beban. Tapi, coba pikir dulu. Besi akan berkarat jika ia terus bersinggungan dengan air. Apalagi hanya sekadar kayu, ia akan segera lapuk jika berada di udara yang lembab dan satu hal lagi, kayu adalah santapan terlezat makhluk mini bernama rayap!!

Masih ingin mengganti lututmu dengan mereka?????

Kalau begitu, aku berdoa saja pada Tuhan agar lututku diganti dengan lutut atlet cabang olahraga lari. Agar aku lihai lari dari kenyataan ini :p

Demi apapun, kalaupun bisa dan diperbolehkan, aku ingin mengeluh. Tuhan, hambaMu mulai letih dengan segala rutinitas palsu yang sudah berjalan sekitar 3 bulan ini. Demi selembar kertas bernama "sertifikat" dengan tulisan SKP tercetak tebal yang menggambarkan kepuasan dan kebanggaan para makhluk baru penghuni "jalan menuju neraka" alias Kampus. Kalaupun boleh, aku ingin kembali saja ke rumah, menikmati waktu tidurku dengan sepuasnya, tak perlu memikirkan acara yang tak ada manfaat materiil untukku. Untuk apa aku bersusah payah pulang-pergi tiap akhir pekan ke tempat terpencil ini demi memburu peserta?? Demi apa aku rela membuang waktu istirahatku untuk memikirkan acara ini?? Dan demi apa aku mengesampingkan kewajibanku terhadap dosen dan menomorsatukan kelancaran acara tersebut tanpa memperhatikan efek sampingnya untuk masa depanku????

Tuhan, aku boleh mengeluh lelah? :(

Sabtu malam ini aku harus berkutat dengan laptop, absensi, rekap data peserta, dan segala hal yang berhubungan dengan tugas seorang KSK -___-
Dan sang kekasihpun tak berhasil mengobati letihku, gundahku, peluhku, malah ia menghabiskan malam panjang ini dengan nongkrong bareng teman-temannya...

Sedari tadi teman satu kamarku juga tak peduli dengan apa yang aku lakukan pada laptopnya. Ia sedang asik melepas rindu dengan kekasihnya nun jauh disana meski berulangkali ia mencibir sinyal yang buruk di pedesaan. Hahahahahahaha. Rasakan kau!! Akhirnya ia juga merasakan gundah yang sama sepertiku, tapi ia lebih beruntung dengan ditemani seorang kekasih meski lewat sebuah media elektronik. Darupada aku yang sedari tadi bicara dari hati ke hati dengan benda mati bernama laptop dan modem -_____-

Mungkin hanya ini yang mampu membuatku kembali semangat dan bangkit....
jargon MEDSPIN 2011 :)
***
Selamat Malam Jombang :)
Bismillah...Aku siap menghadapi esok :)
***


*sahabat tercinta: si kriwul :p

Wednesday, November 9, 2011

Hanya Itu

Teruntuk sosok dengan guratan menawan.
Menyimpan maslahat tentang insan yang pernah kudamba.
Ketika benak meracau kata-kata cinta.
Di jalan terjal menuju gelisah.
Menjelang kematian.

Kesempatan telah kubuang dalam acuhmu.
Karena tak mungkin bisa kusemai dengan puja sekalipun.
Juga mustahil akan tumbuh sebagai rerumput liar.
Segalamu terlampau tinggi.
Takkan sanggup diraih.

Binar jernih nan memukau.
Melekat dan mempertautkan nalarku.
Bukan hanya hatiku yang berhasil tertikam oleh jinggamu.
Rupanya kau juga menguasai pelataran imajiku.

Benakmu menyanggupiku.
Hatiku tidak demikian.
Apakah sinarmu masih jingga?
Mungkin kau sempat mendekap gradasi senja.
Tolong, menyingkirlah darinya.

Karena telah kurapal mantra pembunuh rasa.
Hanya itu.
Dan enampuluh hari itu kubiarkan terbang bersama rohmu.
Hanya itu.

backsound: Reff. "Akal Sehat by Ada Band"
(untuk dia, 011011184)

***
(November - 2011)

Monday, November 7, 2011

tiga bahagia ditambah satu sengsara = hidup penuh warna -___-

Abaikan soal judul di atas. Nggak usah mikir sampe buka kamus aljabar buat nyari rumus itu. Dijamin gak bakal nemu -___-

Jadi, semuanya berawal dari hari Jumat 4-Nov-2011 *cliinnnnggggg* *keluar asap putih* (ceritanya ini lagi flesbek). Jumat kemarin aku, kriwul sama mbak donat ngadain pertemuan kedua buat mbahas tentang kelanjutan buku kami. Ehemm *ngemut permen mintz*. Bener-bener salut buat mereka berdua, ujan-ujan berangkat dari Malang dengan boncengan pake motor cuma buat menuhin janji ketemuan sama aku. Hiks, terharu...akhirnya bisa ketemuan bertiga lagi. Dan yang lebih terharu lagi, rambutnya si kriwul udah kayak helm astronot. Lebat dan berisi.

Tema pertemuan kami kali ini tentang rencana penerbitan buku yang udah jalan sekitar 40%. Alhamdulillah..tinggal ngurus kelengkapan dan administrasi. Oh, iya hari itu kami ketemuan di salah satu restoran cepat saji, TOBY'S namanya. Kenapa dinamain TOBY'S, mungkin pemilik restoran ini namanya Bambang atau Gleen atau Joni atau siapapun lah bukan urusan gue. Oke, kembali ke topik. Di pertemuan itu, si kriwul mempresentasikan hasil dari pekerjaannya sebagai Editor di Donat Sastra. Trus lanjut ke pokok tema tentang 40% perjalanan buku kami bertiga. Ehemm *ngemut bungkus permen mintz*.

tiga penulis rempong nan syarat akan kegalauan
Nah, karena itulah aku mendedikasikan hari Jumat sebagai hari bahagiaku yang pertama di bulan November ini ~