Sunday, August 23, 2015

kepada hati

ada semacam,
keinginan untuk memutar waktu
menghadirkan orang-orang terindah
yang hanya sekilas,
hadir memberikan warna
kemudian pergi entah kemana.
namun,
tak ada yang lebih tabah
dari segurat lengkung di bibir
sambil mengenang
masa-masa berwarna dalam hidup
yang kemudian pergi sementara
bisa jadi selamanya.
dan kepada hati,
tetaplah bersemi dan berwarna
semoga segala kebaikan
senantiasa merengkuhmu.

-secangkir bintang-

🌼🌼🌼🌼🌼

Tuesday, August 11, 2015

11 Agustus 2015

Allah itu baik. ketika saya meminta untuk jadi orang sabar, Dia memberi saya banyak ujian. ketika saya meminta agar menjadi kuat, Dia menguji saya dengan kejadian yang paling memukul jantung saya hingga nyaris copot. Allah itu baik, Dia menghentikan penderitaan yang dialami Ibu saya dengan cara menggantikan peran saya dalam memeluk. Ya, Allah sekarang sedang memeluk Ibu saya, menggantikan tangan saya yang senantiasa memeluknya, menggenggamnya, mencium tangannya, memanjakannya. Allah telah mengizinkan saya untuk menjalani dan melewati ujian hidup terberat dalam hidup saya, dalam rangka mengabulkan doa saya, menjadi kuat, menjadi tangguh, penuh kesabaran dan keikhlasan. Ibu, saya sangat sayang Ibu. seberapapun jengkelnya Ibu, saya tau Ibu sangat mencintai saya. Terimakasih telah melahirkan saya di dunia ya Ibu, terimakasih telah menjadi wanita terhebat di hidup saya. Maaf beribu maaf untuk rencana masa depan yang masih belum bisa saya realisasikan untuk Ibu. Insya Allah saya akan melakukan yang terbaik di sisa hidup saya. Insya Allah saya akan membuat bangga, merealisasikan mimpi saya, untuk Ibu, yang sedang tersenyum dan dipeluk oleh Allah di Surga. Doa untuk Ibu akan selalu mengalir di tiap detik nafas yang saya hirup. Aku sayang Ibu.

Wednesday, March 11, 2015

mesin waktu

"aku berada di sebuah tempat yang tidak ada kamu. sedangkan dalam pikiranku, ada banyak sekali kita."

aku telah berjalan sejauh ini, beberapa ratus kilometer jauh di depanmu. sendirian. kutengok sekitar sangat senyap, sunyi. hanya terdengar suara detak jantungku sendiri. setenang itukah tempat asing ini?

aku kembali berjalan menyusuri lorong gelap. ketika telah memasukinya, aku baru sadar jika tak mengenakan alas kaki. aku tak ingat sejak kapan sepatu merah jambuku terlepas dari telapak kakiku. yang kuingat, semalam aku hanya berlari kencang, sambil menutup kedua telingaku, dan sesekali mengusap sudut mataku yang tak hentinya mengeluarkan racun. menderas seketika kulihat protretmu terbingkai manis di depan pintu masuk gedung resepsimu, bersama wanita itu.

kuhentikan langkahku, kurogoh saku lalu kutemukan selembar protretmu yang lusuh, dan sedikit tercabik. tak kusangka aku masih sanggup menyimpan itu. seperti menyiram tanaman yang sudah jelas layu dan mati, tapi aku masih saja memupuknya setiap hari. sia-sia, aku tak lagi mengenal kata itu. nyaris aku tak ingat lagi siapa aku. sedangkan definisi kamu kerap kujabarkan setiap detik. iya, sangat ironis.

mesin waktu tak pernah membohongi. tak pernah berputar balik. bahwasannya ia akan selalu berjalan ke depan, tak mungkin berhenti. sedangkan aku kini, dibunuh mesin waktuku sendiri. dalam ilusiku.

"aku berada di tempat yang dipenuhi oleh namamu, di suatu ruang tak berpenghuni, hatiku sendiri."

(adindaretna - Maret 2015)