Sunday, October 26, 2014

pepatah

ada sebuah pepatah,

"jika kamu sedang berusaha melupakannya, tapi gagal, cobalah ingat bahwa dia juga pernah berusaha mencintaimu, tapi gagal."

:)

Sunday, October 19, 2014

analogi tiga: dahan yang patah

aku adalah ranting dahan yang sengaja kaupatahkan dari tubuh pohon yang kekar
jatuh terkulai lemas dan berusaha menumbuhkan diri dengan pijakan tanah yang lembab paska diguyur hujan
aku menodai takdirku, ingin berusaha tetap hijau dan tak mau menjadi keriput
mendekap rerumput basah, menjadikan tubuhku tetap lapuk sedemikian rupa
melupakan sebuah elegi yang rumit sembari petang segera menjemput gelap
aku diguyur kekhawatiranku, menghitung detik demi detik, sisa masaku untuk membusuk
menyatu dengan alas pijakanku, mendekapnya dalam aroma liat yang tajam
menanti hingga ruas tulangku menggelora ke dalam akar-akar
aku dihisap dan tubuhku dicecap habis
menerka-nerka bagian mana yang akan kusinggahi setelah itu
menjadikanku abadi yang sementara
selamanya dalam sekejap
tubuhku tak terdefinisi, serat-serat darahku mengakar dalam jantungmu
pada suatu senja yang melemahkan sebagianmu, aku berbisik
"sepertinya, aku mengenali tempat ini"
kau tertunduk diam dan lesu, tak satupun kata terucap di benakmu

pagi hari, cerah dan merona di atap langit yang kerap menghidupkanmu dari tidur panjang
aku menyaksikanmu runtuh, terpenggal menjadi beberapa bagian
matamu sayu, sulit membedakan sebab sakit atau hanya sekadar lelah
atau mungkin mati?
di pucuk tanaman hias kini aku bersemayam
menetap dengan jeda waktu yang tak pernah kutahu hingga kapan
menjalani skenario sebagai jiwa yang lain, mungkin juga masih jiwaku
menyuburkan pijakanku sendiri, memahami makna hidup
dan kamu, pohon kekar tak berdaya yang kini tergeletak lemas di hadapanku,
terimakasih pernah menjadi rumahku, pijakanku, untuk tempat berlindung, berdiam diri, merengkuh impian, menanam harapan, memetik langkah
terimakasih pernah menjadikanku bagian dalam hidupmu
dan terimakasih telah membuatku akhirnya menemukan pijakan baru, setelah sebelumnya merasa tak berdaya ketika meninggalkanmu

(adindaretna - 2014)

aku baik-baik saja

untuk sebuah kepergian yang paling tulus, dengan sedikit ingkar di sela-sela kalimat "aku baik-baik saja", percayalah, aku jauh lebih baik sekarang. aku sedang menjalani skenario Tuhan yang sangat membuatku penasaran. hai, kamu. apa kabar? sudah lebih baik sekarang?

dan untuk mereka yang pernah menyebutku "manusia paling menderita seluruh dunia" aku harap Tuhan masih baik hati untuk tidak membalikkan keadaan seperti yang mereka katakan. tetaplah berjalan seolah aku lupa bahwa kakiku pernah menginjak pecahan kaca. anggap saja aku baik-baik saja, sampai nanti kau lupa bahwa aku pernah dalam keadaan "tidak baik-baik saja". kenapa harus aku? kenapa bukan kau?
.
.
.
.
.
.
.
dan ternyata aku jauh lebih baik dibandingkan dengan kepura-puraanku menjadi baik-baik saja.

selalu katakan, bahwa Allah itu sungguh Maha Baik.

😊😊😊

*latepost*

🌼adindaretna🌼

Sunday, October 12, 2014

sebuah sesak

ada sebuah sesak yang masih mendekam di lubuk hati. tak mau dihembuskan meski telah berlalu selama sepuluh hari. sebuah kehilangan yang paling memukul jantungku hingga nyaris berhenti. melemahkan sebagian raga dan jiwa yang hari itu juga sebenarnya sedang direngkuh bahagia. menjadikannya seperti tak berharga, sangat tak ada artinya. mendeskripsikan hari itu sebagai hari paling kejam di seluruh hari yang pernah kulewati hingga detik itu. memaksa otakku untuk terus mengungkap makna dibalik getaran luar biasa yang kurasakan. hampir sulit mempercayai bahwa kenyataan memang sangat pahit. bahwasanya di dunia ini tak pernah ada yang abadi dan tak pernah seutuhnya bisa dimiliki. semuanya akan kembali dengan cara atau keadaan yang berbeda. definisi 'kembali' yang selalu kutatar dengan keegoisan diri bahwa semua hal pasti ada yang setuju dan tidak setuju.

kali ini aku setuju denganmu, Tuhan. aku memang egois. bahwasanya semua adalah milikMu, tak sepantasnya kuanggap semuanya adalah kepunyaanku di dunia yang kejam ini.

(adindaretna, 2014)