Sunday, April 29, 2012

(masih) April Keparat!

tepat setahun yang lalu, 29 April 2011, lelaki bangsat itu tengah bersilat lidah di hadapanku.


lalu esoknya, 30 April 2011, dia dengan santainya mengunyah kebohongan dan kelicikan kemudian tak lupa menelannya.


1 Mei 2011. untuk segala persembahan luka olehmu wahai lelaki keparat, aku mengucapkan banyak terima kasih.

Friday, April 20, 2012

belenggu kisah tujuh tahun





"kurobek satupersatu kertas di buku partisi romansaku 
kusisakan satu lembar 
di bagian kisah "tujuh tahun"  
--tak lupa dengan hiasan kata keparat-- 
yang kerap membelenggu halaman lainnya."




(April "keparat" 2011)

Monday, April 16, 2012

inspirasi kehilangan

terinspirasi oleh kisah dua teman dekat saya yang masih menggantungkan hatinya di dinding kamar tidurnya..

ketika kamu diharuskan menanggalkan sesuatu yang telah terpasang bertahun-tahun lamanya, menanggalkan namanya dari hatimu, misalnya. mungkin kamu akan merasa seperti kehilangan salah satu organ vitalmu dari sistem organ di tubuhmu. kebanyakan yang terjadi, mereka tidak akan sanggup melakukan tindakan tersebut, malah berusaha untuk melindungi agar tidak lepas dari tubuhnya, yang malah membuat dirinya semakin terluka.

//baca: "dia kamu ibaratkan sebagai jantungmu".//

yang kamu harus lakukan, anggap sesuatu itu sebagai penyakit, bukan sebagai tempat untuk penyakit itu hinggap. jika kamu normal, kamu akan berusaha memusnahkan itu, bukan malah memeliharanya.

//baca: "dia kamu ibaratkan sebagai penyakit pada jantungmu".//

sehingga kamu akan lebih memilih "kehilangan penyakit jantung" daripada "kehilangan jantung".

percayalah sayang, keadaan akan berbalik, dan lekas membaik.

*peluk cium untuk dua sahabat saya*

(April - 2012)

detik terakhir

//aku benar-benar membencimu hingga detik ini dan terakhir//

Saturday, April 14, 2012

--skip 15 april--

--skip 15 april--

aku terlalu munafik untuk mengakui bahwa hari itu aku masih mengingatnya dengan jelas...

--skip 15 april--

Sunday, April 8, 2012

tam-tim-tum

tam-tim-tum
kueja kamu layaknya kosakata
sesambil melumat bolu isi cokelat
persembahanmu
yang kerap menghuni selasela gigi
di kubus remang itu
kuning-muda-hijau-tosca
kau memelihara rinduku
sehengkang demi hengkang langkah
turut menahan kenang
pun jejak kecupmu di kening
di seantero wajahku bergetar
harapan nan berjudul sesiapa
lekas menghampar seketika kau pergi
dan empat belas hari yang terbilang singkat
bagiku itu sebuah hilir ingatan
berujung pada benderang
sekejap gerimis bertandang
di ruang penghabisan
aku mengeja namamu lagi
tam-tim-tum

buat seseorang yang berinisial
***


(April - 2012)

ini tentang sahabat saya

ini tentang salah satu sahabat saya,

dia pernah berkata: "aku paling malas pergi ke rumah kekasihku, meskipun itu dengan tujuan menjemputnya untuk pergi bersama. entah mengapa, rasanya kakiku enggan untuk melangkah ke rumahnya. padahal kami masih tinggal dalam satu kota".

dua belas bulan kemudian, saya menemukan ia berpamitan kepada saya untuk pergi ke rumah kekasih barunya yang berada di luar kota.

saya terdiam sejenak.

dia juga pernah berkata: "aku sangat membenci politik. bagiku bermain politik adalah sebuah kegiatan konyol yang tak menghasilkan apa-apa. aku sangat anti dengan segala sesuatu yang mengarah kesana".

enam bulan kemudian, saya menemukan ia jarang update di jejaring sosial, dikarenakan sibuk menjadi bagian dari organisasi intra kampus yang telah membawanya jauh, jauh dari pernyataan yang dulu pernah ia lontarkan kepada saya di sebuah pertemuan sederhana di kota kelahiran kami.

saya kembali terdiam.

saya ingat, dia juga pernah berkata: "aku adalah lelaki rock and roll. kamu bisa menyimpulkan aku seperti itu dari keseharianku yang tidak begitu suka mengumbar kemesraan di khalayak ramai. bukankah yang pantas seperti itu hanyalah kaum wanita?".

saya mengangguk-anggukkan kepala perlahan.

tidak sampai tiga bulan, saya menemukan dia kembali mengingkari pernyataan yang ia ciptakan sendiri.

yang belum ia ketahui sampai saat ini, saya memilih untuk melupakan hal yang tidak sengaja ia lupakan.
yang belum ia ketahui sampai saat ini, saya mencoba untuk menerima segala sesuatu yang dulu saya punya yang sekarang harus lenyap sebab ia melupakannya.
yang belum ia ketahui sampai saat ini, saya sangat merindukan dirinya yang dahulu, sahabat yang memiliki banyak waktu untuk saya, meskipun kini saya terlalu munafik untuk mengatakan kepadanya bahwa saya rindu.

kami berdua pernah melewati sebuah malam yang indah, di sudut kota tempat kelahiran kami yang ramai. disana kami duduk berdua, diantara khalayak yang juga sengaja melewatkan malam itu untuk sekadar duduk-duduk dan minum kopi. kami bercerita banyak tentang diri kami masing-masing, hal-hal baru yang belum kami ceritakan satu sama lain. kami merasa bebas malam itu, tanpa rasa terikat oleh suatu janji yang lebih penting daripada pertemuan malam itu. dan yang belum ia ketahui sampai saat ini, saya teramat merindukan saat-saat itu.

saya dan dia, hanyalah satu dari sepersekian milyar persahabatan yang terjalin antara dua insan yang berbeda jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. mungkin, untuk saat ini bisa dikatakan sebagai persahabatan antara lelaki dan wanita. perbedaan itu kadang menyatukan kami, terkadang juga malah menjauhkan kami, seperti akhir-akhir ini. saya dan dia hanyalah satu dari sepersekian juta persahabatan yang terjalin antara dua insan yang berbeda jenis kelamin yang kini masih bisa bertahan dalam kondisi terpuruk ini.

yang belum ia ketahui sampai saat ini, saya berpura-pura angkuh dan cuek untuk memaafkan kesalahannya.

Intermezo

sembilan jam menuju pertemuan
acapkali ingin kusudahi malam
lekas menyamai deritan dipan yang uzur
mendekut gerigau bualanku yang empuk
biar segera dilumat desau angin
langkahlangkah dosa kian luput
ditampik khilaf sesore tadi

bilakah rindu berdiang tenang
bukankah tak perlu berjumpa puja, sayang?
sekadar rindui sketsa dekapanmu
bagiku ruparupa jelaga mempesona
khas aroma picisan

bangun kemudian kutenggak hampa
memerah pipi terkecup fajar
seketika padang pasir bersalju
mematahari depaan malam
pun dideraikan lewat rintik hujan
dan dipersilakan memupuk janji
di kelingkingku


(Februari - 2012)

WEKA, Ini Permulaannya

diraupinya segera
lekukan parsial yang istimewa
membiarkan tetesan berjatuhan
mengusap gusar
yang dikitari poripori lebam
sekelumit sepah berlentik mancung
mamantul di cermin usangmu

betapa sesal mencekikmu semalam
merombak tatanan korona arterimu
dijerat kealpaan waktu
dusta yang tak dikenal
melenggang merdu
atau kuharap lekas digincir aku

di sudut weka
bunga berkelopak mewah
bersenandung cinta
ini permulaannya
kau mendua


(Oktober - 2011)

dikelupas keyakinan

                                      :kepada sahabat yang membenci, Ni Wayan
                                        
ni, lekaslah mengeja hatimu
sebelum keyakinan mengelupasimu
semua akan terhisap dalam mesin waktu
rapi, seperti ponimu

ni, hari masih terbilang pagi
tapi bola mata senjamu ingin segera menari
kadang kau teramat merindui dimensi
dimana mimpi menjelma pada janji dalam hati

ni, tiada bintang tak bertuan kasih
kecuali iba sebab dikunyah letih
bila masih ragu, tetaplah berdalih
pun sakitnya tak buatmu berhenti merintih


"apa kabar, ni? masihkah kau mencintai lelaki senja yang sedang bersamaku saat ini?"


***


(April - 2012)

Friday, April 6, 2012

----

----

aku enggan lagi mengungkit minuman favorit lelaki keparat itu lewat sajak-sajakku. entah, akupun juga cukup muak dalam kehidupan riil. yang pasti, aku tidak pernah menyesal telah mempersembahkan buku sajak pertamaku untuk mereka, peminum dengan minuman pekat-keparat-kesayangannya yang sering membuatku sakit perut.


----

sudah cukup jelas kan? itulah alasanku kenapa akhir-akhir ini aku menghilang sejenak dari peradaban sajak-sajakku.

gambaranku kala itu

\1\ ampas ken(angan)
sesegera kalut menampar muasal angan, yang kerap menipuku dengan rayuannya. beserta kelihaian jemari lembutnya mengusap tetes demi tetes peluhku. ya, dia memang bermuasal angan yang akhirnya merubah wujudnya sendiri menjadi kenangan.

\2\ kepulan aroma luka
nyaris senyumku dilumat habis oleh bibir cangkir pengkhianat itu. merah anyir menggelora di sekujur tubuh pendosa munafik yang acapkali memporakporanda mimpiku. "arrrggghh, dejavu! lagi-lagi aku bertemu dengan lelaki keparat itu lewat bunga tidurku."


\3\ cangkir yang retak
ya. seperti itu gambaranku kala itu. dimana cangkir kuibaratkan seperti hati.

(April - 2012)