Saturday, January 14, 2012

Aku menyebut ini "entah"

Aku menyebut ini "entah". Entah kenapa batin ini sangat nyaman dengan kondisi seminggu yang jauh dari rasa rindu. Entah kenapa mata ini begitu biasa saja ketika menatap layar ponsel tanpa hiasan pesan yang datang darinya, kekasihku. Aku menyebut ini "entah". Entah kenapa ada gejolak rasa yang menyatakan bahwa inilah cara kita untuk saling mencipta rindu. Aku paham jika kamu sudah lupa bagaimana cara mencipta rindu yang selalu membuat tubuhmu bergetar, hatimu resah, dan pikiran yang tak tenang. Aku juga tak bisa mengelak jika kamu berkata bahwa jenuh tengah merasuki sisa-sisa otak yang penat akibat kesenjangan kita. Bahwa sebenarnya rindu seperti itu sangat ingin kamu alami lagi. Bukankah ketika malam mengetuk langit kata "rindu" itu selalu terucap dari bibirmu? Bukankah rindu itu harusnya tak perlu dikekang dengan sebuah pertemuan?

Aku menyebut ini "entah". Dua puluh empat jam aku memalingkan tatapan dari sekelumit hal yang melukiskan tentang kamu. Melenguhkan napas perlahan ketika mendapati bayangmu mulai melintasi pikiranku. "Hey, tolong hentikan!! Aku sedang tidak ingin merasakan rindu" begitu ucapku. Entah kenapa jemariku mendadak amnesia memainkan frasa-frasa yang sebelumnya ia tak perlu berpikir ulang untuk menguntaikannya. Apa lagi kalau bukan membuat sajak untukmu, iya kamu, kekasihku. Tak henti-hentinya bibir ini menggeletuk angkuh pada sekotak langit yang dingin dengan beribu takdir yang kerap membisu. Hanya ketukan gerimis yang menggema, selain itu alpha. Mungkin genangan air hujan diluar menantimu untuk menyibakkan separuh kejenuhan.

Tolong, berhentilah berkata "entah". Meski aku enggan untuk memberimu alasan mengapa aku tak ingin meninggalkanmu. Gerimis ini terlalu sendu jika harus kupasangkan dengan senja. Rintik yang tak seberapa ini tak boleh mendekap kejinggaan setiamu. Aku beranjak dari entah yang selalu kuteriakkan dalam batinku, dalam kosongku. Dan kini, telah kuhadirkan kembali sosokmu. Pelengkap kebahagiaanku. Aku berjanji akan menghapus "entah" dari kesanggupanku. Mungkin aku segera menjejakkan kakiku pada bukit rindu yang disana telah berdiri sosokmu yang siap untuk memelukku, kemudian.

***
Untuk "entah" yang selalu terucap dari bibirmu, aku mencoba untuk menghapusnya malam ini, mungkin dengan bibirku

Teruntuk: Kekasihku

(Januari - 2012)

No comments:

Post a Comment