Monday, October 31, 2011

Sekianmu dan Sekianku

Sekianmu dan Sekianku.
Bertolakbelakang dengan alasan pasif tentang rindu di sepetak keacuhanmu.
Karena jika kulapangkan tempat dimana kusimpan senyummu, mungkin jarak ini sudah bukan penghalang kita lagi.
Tak perlu jalan berliku untuk menggenapi kegundahanku.
Dilema yang menampar egomu sudah cukup membuktikan bahwa kau memang acuh.
Sekianmu yang kian memaksa aku untuk menumpahkan muara tangisku.
Sekianmu yang menempatkan aku di posisi terujung tanpa selimut bayangan.
Sekianmu yang acapkali menggoreskan pemaafanku.
Sekianmu dengan sekian basa-basi palsu.

Sekianku yang pernah kuutarakan ketika senja menutup aroma kemerahannya.
Jarang lagi terdengar ricuh dan gaduh saat mata kita berseteru dengan bisu.
Lengang, kalanya membentur keterpautan dari sekianku.
Meski parasmu menampik apa yang terjadi.
Sepersekian detik kemudian tak mampu lagi berpaling dari sekianku.

Sekianmu yang perih dan sekianku yang lirih.

(Oktober - 2011)

No comments:

Post a Comment