Sunday, August 28, 2011

-----

Rupanya karma datang terlalu cepat
Ia mencuri garis start dan tiba dipertengahan waktu
Padahal belum sempat kupersiapkan piala untuk menyambut kemenanganmu
Yang seharusnya semua terjadi tepat seperti analogiku
Kau adalah lelaki pendusta dengan secangkir kopi hitam di genggaman
Sedang kini kau hanyalah sesosok lelaki rapuh yang berharap cangkirmu kembali terisi sesuatu
Entah itu air hujan, atau bahkan air matamu
Sulit untuk menjumpaimu dalam masa ketika kau belum berdusta
Rupanya kopimu telah membutakanku
Ya, dan ia membuatku sulit untuk mengenalimu
Maafkan aku
Ampas kopimu masih tertinggal di dasar cangkirmu

(Agustus - 2011)

1 comment:

  1. Ampas kopi?
    Mudah saja, jawabannya adalah mencucinya dengan sabun colek. Akan sangat bersih dan mengkilap kembali. Tapi semudah itukah? Ya, mungkin bekasnya secara fisik memang telah lenyap dan hangus, namun tetap terlihat dengan mikroskop beberapa milimeter lebih detil lagi. Ya, tidak akan bisa hilang!

    ReplyDelete