Monday, May 9, 2011

..........................................

1 Mei 2011


Ku sempatkan menatap wajahmu lekat-lekat, kutelusuri. Sesak dalam dada mulai mencabik. Perih ..................................


2 Mei 2011


Terdiam di sudut kebimbangan, sunyi. Masih sulit kupercayai ini. Sekilas berharap semuanya hanya ilusi, namun .................................. nyatanya ini benar-benar terjadi.


3 Mei 2011


Lidahku membeku. Tak sepatahpun terbisik dari bibir ini. Diam ................................


4 Mei 2011


Seraya kaki melangkah, jemari kita bertemu. Kau memelukku rindu, membelai lembut kerudung manisku. Dan kusadar, semua itu hanya melodimu ...................................


5 Mei 2011


Terduduk lesu. Membuka notes lalu menggoreskan pena. Kutulis tentang ilmuku pagi ini. Diantara goresan itu, ada tiga buah untaian kata yang tersisip saling menghimpit. Tanpa terasa, muaraku turut menguraikan rintik sucinya ...........................................


6 Mei 2011


Kusebut kau lawan, namun dahulu. Kini kau kawanku. Kita saling bermain kata, sepanjang roda berputar. Menyusuri kota tercinta kita, kota dengan sejuta kebahagiaan, ditambah semilyar-triliyun duka cita. Lalu kutemukan egomu dalam sepenggal tanyaku ...........................................


7 Mei 2011


Menghirup atmosfer kerinduan lebih menyesakkan daripada bernapas dalam udara penuh asap cerutu dan polusi. Kuputar sekali lagi melodimu, kuresapi. Semakin sesak. Tertahan pilu dalam setiap hembusan. Dan tak kuasa, muaraku kembali merintikkan gerimis kecilnya ..............................................


8 Mei 2011


Bersimpuh lemah di hadapan-Nya, memetik sebongkah harap dengan segenap jiwa dalam rintihan. Kuinginkan jiwaku sanggup menamatkan luka ini. Semoga. Tiada lagi hembusan bimbang yang menyesakkan nurani, pintaku. Masih dalam harap, kurintikkan sekali lagi (dan semoga yang terakhir), rinduku, untukmu ........................................................................................

No comments:

Post a Comment