Friday, July 8, 2011

Kisah tentang Bintang dan Hujan.

Hampir tak pernah ada hujan yang menyapu langit malamku, begitu pula sebaliknya.
Tak pernah ada bintang ketika hujan mengguyur malamnya.
Semuanya berjalan sesuai aturan, bintang di malam tanpa hujan, hujan di langit tanpa bintang.
Baginya, bagiku, dua keajaiban itu terus menerus bergulir tanpa henti, kadang terjadi bersamaan di bagian langit yang berbeda.
Langitku dan langitnya.
Sempat waktu itu tiada satupun menghias langitku, entah itu bintang atau awan.
Kau tahu? Dia datang kepadaku hanya sekedar untuk berucap "Bintangmu pasti kembali" sambil tersenyum.
Meski nyatanya bintangku telah benar-benar pergi.
Dia yang selalu meyakinkanku, bahwa akan ada bintang jatuh terindah yang nantinya menyapaku.
Dan ia sanggup membuatku tersenyum :)
Sampai suatu hari, hujan pun murka.
Tak biasanya hujan hadir bersama guntur, namun kali ini hujan lebih mirip seperti badai.
Dihempaskan tubuhnya menceracaukan apapun yang ia lewati.
Garis-garisnya yang tajam menghunjam dan mengoyak kulit ari.
Hujan memurka tiada penjelasan, melaknat diriku yang sedang menggigil di balik selimut.
Biarkan aku mati kedinginan di tempat ini.
Toh tak ada lagi alasan yang membuatku ingin tetap menanti bintang jatuh.
Namun dirinya kembali tersenyum sambil mengatakan "Bintangmu pasti kembali".
Arrrgggghhhhhhhhhhhhhhhhh.
Sempat ingin kulawan hujan, namun aku juga tak mau menyakitinya.
Hujan adalah bahagianya, tak mungkin aku menodai kebahagiaan miliknya.
Hingga...kutemukan bintang jatuh di langit.
Bintang yang benar-benar indah, dengan tiga kedipan di tubuhnya.
Bintangku satu, tak pernah jadi dua.
Bintangku berbeda, tak mungkin seperti dia.
Bintangku hanya kamu, tak akan berganti dia.
Percayalah.
Aku untuk Bintang, dan Dia untuk Hujan.

***
(Juli - 2011)

1 comment:

  1. Hujanku tak akan pernah ada. Ini kemarau panjang.
    Hujanku bukan dia, bukan lagi DIA...

    ReplyDelete