Saturday, June 25, 2011

Murka Sang Hujan

Sore ini hujan tiba-tiba murka. Ia menatap langit yang memerah dengan sinis. Dengan amarah yang meletup-letup hujan bersumpah akan mengutuk bulan, jika masih saja merebut langit dari hatinya. Bulan mengheran, dipandanginya ratu dingin itu dengan tersenyum lalu berucap "Apa yang kau irikan dariku, hujan? Sedangkan aku tak punya kelebihan untuk kau cemburui. Langit adalah milikmu. Kau boleh membungkam hadirku ketika kau ingin bermain dengan langit saat malam tiba. Kau juga bisa hadir diwaktu apapun, pagi, siang, senja, bahkan sepanjang malam. Dan tahukah kau ketika kau datang di waktu malam, aku mengurungkan niat untuk bertemu bintang. Kau tahu artinya? Aku menggundah di saat kau singgah di waktu yang seharusnya milikku. Aku menangis disisi langit yang lain. Aku relakan takhtaku untuk kau singgahi meski aku harus sakit karena tak bertemu bintang. Jadi, apa yang kau cemburui dari aku?"

Hujan tak mau tahu. Dalam benaknya ia hanya tahu satu hal. Bulan adalah pengganggu.

1 comment:

  1. Hujan murka. Sempat kurindu murkanya, sempat kurindu cacinya, sempat kurindu tawa busuknya.
    Hujan murka. Aku cinta. Namun aku bukan hujan, tak pernah menjadi hujan.

    ReplyDelete