Sunday, August 24, 2014

analogi; menelan pahit

aku berjalan menyusuri jalan setapak yang pernah mereka inginkan. aku telah menapaki setiap kerikil dengan kakiku, kaki telanjangku, meski penuh darah mengalir dan membekas di tiap langkahnya. hingga (makin lama makin) mengering. aku telah sejauh ini, atau aku baru sampai disini?

kita berjalan beriringan dengan bahagia yang paling bahagia. kau ulurkan tanganmu, tapi tak pernah dapat kuraih lagi. kucoba membalas senyummu, tapi tak pernah bisa lagi bibir ini merekah seperti dulu. terlalu beku, sebab dingin yang amat terbiasa kurasakan, sendirian. aku lupa bagaimana cara mencium aromamu. indera penciumanku selalu gagal mengidentifikasi, anyir menyekap sebagian paru-paruku, hingga sesak. aku tidak mati, aku masih hidup.

aku telah merengkuh mimpi tersulit dalam hidup ini. mimpi bahagia miliknya yang harus mengorbankan sebagian, bahkan seluruh hatiku untuk patah. mengabulkan tiap panjatan doa yang tak pernah sekalipun terarah untukku. menjalani musim dingin tanpa selimut tebal dan kehangatan lainnya. kulepaskan seluruh bagian tersesak dalam cerita ini. 'aku teramat merindukanmu', itu kalimat paling sumbang di antara kata serapah untukmu, (bukan, melainkan untukku).

di jalan penuh kerikil tajam ini, kakiku terhenti sejenak. mencoba amati langkah yang sejak kemarin tak pernah gontai lagi. sepasang sepatu yang manis telah mendekap telapak kaki. aku tak ingat siapa yang telah menempatkan sepatu ini di tengah jalan yang kulalui tanpa alas kaki. yang jelas, di bagian memori yang samar-samar tergambar di kepalaku, seseorang memapah tubuhku dan merawat seluruh luka hingga (hampir) sembuh. dan aku menyadari kembali, nampaknya kepalaku masih cukup nyeri untuk bisa bangkit dari dipan tua ini.

"aku telah menelan keinginan terpahitku sendiri, meskipun di tengah cerita terpaksa harus kumuntahkan lagi. aku telah menuruti semua keinginanmu, menjalankan tugas itu semampuku, dan kini aku harus melepas kenyamanan ini sembari melanjutkan perjalananku."

23 Agustus 2014
hari ini telah berhasil memuntahkan racun :)

No comments:

Post a Comment