Sunday, August 10, 2014

terimakasih, hujan

terimakasih, hujan
atas peluk hangat
meski terkadang tanganmu
kerap penyebab gigil mereka
kerap jadikan harap
doadoa petani
pada temaram langit sendu
tentang sudut awan
menggenang, tak dikenali
bermuara singkat lalu menderas
satu per satu menggelora
sebabkan lengkung simpulku
anakanak bersuka cita
berlari mengitari pematang sawah
tatkala Dia mengizinkanmu pulang
dan merangkul gersang
mengikat harapan tak bermuat
menjadikannya kupukupu
makin merona, seperti matahari
aku dibelai rintik yang lembut
tak sakit sama sekali
ada kalanya jeda di antara kita
hanya sebatas kelopak bunga
dan tangkainya yang lekat
definisikan bahagia kepada dahan
yang mau menetap lama
meski tak (pernah) utuh
meski (seringkali) dipisah elegi
hujan kembali hadir
pada setiap doa yang terpanjat
atas kering yang mengakar
atas gersang yang mencengkeram
eraterat; tak mau pergi
haus ingin disudahi
"malam ini aku kehujanan, tapi aku sama sekali tak merasa kedinginan. justru ia menghangatkan aku dari kebekuan."
suatu malam yang dingin, Alun-alun Batu
pukul: 22.25 WIB.
dan terimakasih untuk kamu, sebagai hujan, sahabat, tempat sampah, sopir, dan partner, gaes :)

No comments:

Post a Comment