Thursday, August 28, 2014

dialog kopi dengan senja

dialog kopi dengan senja
di suatu sudut meja kafe, sepasang penikmat kesendirian duduk berhadapan
saling tak mengenal
aku mengaduk kopi, sedang ia menyeruputnya
'kali ini kopiku terasa lebih manis dari biasanya', ucapmu
lantas, kita saling melepas pandangan
- permulaan kita, di suatu sore

seporsi donat tak utuh dengan dua gigitan di tepinya
barangkali ia sibuk menanti seseorang
wajahnya sering menajam pada mesin waktu
aku mainkan seribu cara untuk menepis cemas
kadang lengan cangkir kuremas
dan acuhkan dahaga yang meletup letup
mataku terjun bebas dari tatapan hangat
seorang lelaki rapih, yang sedari tadi mengetas hening
di hadapanku

deadline sialan!
andai saja ia menyadari satu hal
beberapa menitku terlewat dengan sia sia
tanpa dialog yang menjadikan angka angka ini
terasa lebih berharga, dibanding sunyi
dan andai saja ia juga menyadari
pantulan dari layar gadgetku
munculkan refleksinya, meski senyum tampak samar
siapakah ia? mengapa harus bertemu deadline di saat seperti ini?

kopiku sudah tak mengepul, begitupun -nya
sedari awal, aku telah yakin
tentang kata dalam hati yang meredam emosi akibat angka angka ini
tentang senyum yang membekas di ingatan
di suatu senja, kopiku lantas mengucap perpisahan
tetapi dialog sudah tak lagi membisu
aku menduga maksud Tuhan sore ini
rupanya aku, takdir sedang berjalan beriringan
mengajakku untuk menikmati kopi
dan merengkuh kisah di lengan cangkir miliknya

"hai! namaku senja. kamu kopi, kan?
ini sore yang indah, bukan?"

-fiksi, permulaan kita-

(adindaretna, 2014)

No comments:

Post a Comment