Sunday, August 10, 2014

bingkai memori

/1/

bingkai memori meretak
serta merta seluruh dengki
atas kesakitan tawa pagi
kelak kausebut ini sebab
mengapa rindu betah menghuni
sebagian, sedemikian rupa hati
mengunci rapatrapat; kita (dulu)
menjadikannya abu, menghempas sakit
bilamana hujan menyibak
menelan habis tak tersisa

/2/
sore yang asing
ketika pilarpilar asa menjejali
kepala hingga habis ruang
sesak dihimpit dustamu
lelah menyudut pada prasangka
untuk sebuah kepulangan yang lekas
merampas seluruh ikrar
dari beberapa sudut imaji
aku sedang mati suri
dan menemuimu
di mimpi burukmu sendiri

/3/
kau melepas dahaga
sedangkan aku sibuk mengusap peluhmu
lelah itu kini sirna, sayang
kemudian aku hanyut
lalu terbangun siasia
setelah tikungan itu

(adindaretna, 2014)

No comments:

Post a Comment